Ya, ada batas seberapa kuat sebuah teleskop, baik dari sisi teknis, fisik, maupun fundamental alam semesta itu sendiri. Meskipun teknologi terus berkembang, kita tetap menghadapi beberapa batasan utama yang tidak bisa dilewati begitu saja.
🔧 1. Batas Teknis dan Fisik
📏 a. Ukuran Cermin/Lensa
- Semakin besar cermin/lensa, semakin banyak cahaya yang dikumpulkan, dan semakin tinggi resolusi teleskop.
- Tapi cermin besar:
- Sulit dibuat dengan presisi tinggi.
- Berat dan rentan deformasi.
- Sulit diluncurkan ke luar angkasa (harus bisa dilipat dan dibuka di orbit, seperti JWST).
📌 Contoh: James Webb punya cermin 6,5 meter, teleskop darat seperti ELT di Chile akan punya cermin 39 meter (tapi tetap di Bumi, bukan luar angkasa).
🛰️ b. Lokasi dan Stabilitas
- Teleskop luar angkasa terbatas oleh:
- Berat maksimum roket
- Daya tahan di lingkungan ekstrem
- Sulitnya servis dan perbaikan
🧊 c. Pendinginan dan Detektor
- Teleskop inframerah butuh suhu sangat dingin agar tidak “silau” oleh panasnya sendiri.
- Sistem pendingin dan detektor juga ada batas sensitivitasnya.
🔭 2. Batas Astronomis (Hukum Alam)
🕳️ a. Cahaya Terbatas
- Kita hanya bisa melihat objek sejauh cahayanya sempat sampai ke kita.
- Alam semesta berusia sekitar 13,8 miliar tahun, jadi kita tidak bisa melihat lebih jauh dari jarak cahaya selama itu (disebut cakrawala kosmik).
📌 Artinya: tidak peduli seberapa kuat teleskopmu, kamu tidak bisa melihat sebelum alam semesta punya cahaya!